DUA unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kecamatan Tenayanraya, Pekanbaru akan berdiri kokoh di atas pondasi 15 ribu tiang pancang. Dalam pengoperasiannya nanti, memerlukan 150 ton batubara per jam, atau 3.600 ton per hari, atau 43.200 ton per bulan. Masih jauh dari selesai, tapi PLTU ini akan menjadi bagian penting pertumbuhan listrik dan perekonomian di Sumatera.
PT PLN (Persero) membangun PLTU ini di tengah Kawasan Industri Tenayanraya (KIT) dengan luas lahan 302 hektare dan berada dekat dengan pemukiman masyarakat. Muncullah pertanyaan, apakah keberadaan PLTU 2x110 MW ini tidak akan menimbulkan dampak lingkungan bagi masyarakat sekitar?
PT PLN sudah mengantisipasi segala kemungkinan atas pertanyaan itu. Pada 2010, atau setahun sebelum proyek raksasa ini dimulai, PLN telah mengkaji dampak lingkungan bersama ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Pernah juga dikaji Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru dalam sidang Amdal yang melibatkan pakar lingkungan di Riau.
Berbagai potensi pencemaran lingkungan dibahas, sebelum, sedang atau pun setelah pembangunan konstruksi. Memang, di Sumatera, beberapa lokasi PLTU terletak jauh dari pemukiman dengan terletak di tengah hutan.
Tapi, di beberapa wilayah di luar Sumatera, seperti Jawa, ada PLTU yang sangat dekat dengan pemukiman. PLTU Suralaya di Cilegon, Banten, misalnya. Ada 6 unit pembangkit dengan kapasitas 3.000 MW berdiri di sini.
Keperluan listrik Riau terus meningkat dari tahun ke tahun, seiring dengan pertumbuhan ekonominya. Akhir 2012, jumlah pelanggan listrik di Riau mencapai 1.045.345. Rinciannya, 17.000 pelanggan sektor sosial dengan daya tersambung 64 MVA, 926.826 pelanggan sektor rumah tangga dengan daya tersambung 998 MVA, kemudian 94.943 pelanggan sektor bisnis dengan daya tersambung 432 MVA, lalu 254 pelanggan sektor industri dengan daya tersambung 59 MVA serta 6.322 pelanggan sektor publik dengan daya tersambung 91 MVA atau jumlah total daya tersambung sebesar 1.644 MVA. Kondisi ini berpengaruh besar pada rasio elektrifikasi.
Peningkatan ini membuat Riau perlu mendapatkan perhatian khusus. Pembangunan PLTU Tenayanraya, merupakan salah satu jawabannya. Ke depan, berbagai PLTU dan jaringan akan terus digesa. Hal ini sesuai dengan kondisi kelistrikan Sumatera secara menyeluruh. Saat ini, seluruh region (wilayah) di Sumatera masuk dalam jaringan interkoneksi dengan sistem transmisi 150 KV. Ada region yang hanya memiliki sistem interkoneksi saja, tapi ada juga yang memiliki sistem isolated, yakni Riau dan Kepulauan Riau, tepatnya di Kepulauan Riau. Sistem Riau dan Kepulauan Riau ini disebut sub sistem yang melayani masyarakat di sebagian besar area cabang Pekanbaru, Dumai dan Rengat. Listrik ini disalurkan melalui 8 Gardu Induk (GI) yakni GI Koto Panjang, GI Bangkinang, GI Garuda Sakti, GI Teluk Lembu, GI Duri, GI Dumai, GI Bagan Batu, dan GI Taluk Kuantan.
Dengan adanya PLTU Tenayanraya maka dibangun GI Pasir Putih 150 KV dan new Garuda Sakti 275 KV. Belum lagi GI yang sudah ada sekarang seperti di Garuda Sakti 150 KV.
‘’Riau ini akan dikelilingi banyak pembangkit dan gardu induk. Dengan dua gardu yang ada, sangat tidak cukup. Ke depan, akan sangat banyak. Pembangunan terus dilakukan. Selain PLTU Tenayan, juga akan dibangun gardu induk di Pasir Putih 150 KV. Semua ini sangat memungkin Riau yang posisinya berada di tengah akan lebih mudah mendistribusikan listrik kemana-mana,’’ ungkap Manager Perencanaan PLN Riau Kepri, Rahmansyah.
Prakiraan keperluan listrik di luar Jawa dan Bali disusun berdasarkan proyeksi keperluan listrik masing-masing daerah kerja PLN wilayah. Dasarnya, pertumbuhan ekonomi regional setempat, peningkatan rasio elektrifikasi serta adanya perbaikan tingkat efesiensi (penurunan susut jaringan) di masing-masing sistem transmisi dan distribusi. Wilayah kerja ketenagalistrikan di Sumatera ini dibagi menjadi dua. Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) meliputi Aceh, Sumut, Riau Kepri dan Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) meliputi Sumbar, Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu (SSJB) dengan Sumatera Control Centre (SCC) berada di Sumbar.
Pertumbuhan ekonomi di Riau dan Kepulauan Riau selama lima tahun terakhir diasumsikan 6,9 persen sampai 6,5 persen atau rata-rata 6,7 persen per tahun. Laju pertumbuhan penduduk mengacu proyeksi Bappenas, 3,96 persen. Dengan asumsi ini, maka keperluan listrik Riau secara regional mengalami peningkatan dari 2.006,8 Gwh pada 2008 menjadi 5.871,0 Gwh tahun 2018 atau tumbuh rata-rata 11,3 persen per tahun. Penambahan pelanggan diprediksi mengalami kenaikan dari 655.992 menjadi 2.091.426 atau bertambah 143.543 per tahun. Penambahan pelanggan tersebut akan meningkatkan rasio elektrifikasi dari 39,6 persen pada 2008 menjadi 88,5 persen pada 2018. Beban puncak juga mengalami peningkatan dari 423 MW pada 2008 menjadi 1.114 MW pada 2018 atau tumbuh sekitar 10,17 persen.
Dibandingkan dengan region lain dari Aceh hingga ke Lampung, keperluan listrik Riau pada 2018 cukup tinggi, yakni berada di posisi ketiga setelah Sumut dengan 5.714 Gwh dan Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu (SSJB), yakni, 3.137,6 Gwh. Bahkan pertambahan jumlah pelanggan berada di posisi kedua yaitu 143.543 pelanggan setelah SSJB yakni, 178.589 pelanggan.
Begitu juga dengan beban puncak di tahun 2018 yang berada di posisi kedua yaitu 1.472 MW setelah Aceh yakni, 2,648 MW. Rasio elektrifikasi juga masih tinggi. Diperkirakan 88,5 persen pada tahun 2018. Sedangkan beberapa wilayah lainnya seperti Sumut, Sumbar dan Lampung diperkirakan sudah mencapai 100 persen.
Kondisi Riau dengan segala keperluan terhadap pertumbuhan listrik dibandingkan dengan pertumbuhan perekonomian (elastisitas) serta penduduknya yang tinggi, membuat posisi Riau akan strategis untuk sistem kelistrikan Sumatera.
Kabarnya, SCC yang hanya satu-satunya dan berada di Sumbar itu akan dialihkan ke Riau, tepatnya di Pekanbaru, tepatnya lagi di New Garuda Sakti.
Direktur Utama PLN, Nur Pamudji, saat dihubungi Riau Pos, Senin (18/3) menjelaskan, pembangunan listrik sangat tergantung pada pertumbuhan perekonomian di suatu wilayah, bahkan wilayah-wilayah lain di Sumatera.
‘’Pertumbuhan ekonomi sangat mempengaruhi pembangunan listrik secara menyeluruh. Sumatera itu sudah interkoneksi semua. Jadi listrik bisa dialirkan kemana saja dan bisa diambil dari mana saja. Riau, tumbuh pesat. Pembangunan PLTU Tenayanraya, diharapkan bisa membuat Riau bisa lebih baik. Bermula dari PLTU ini. Pembangunan tidak hanya Riau, di region lain juga banyak dilakukan pembangunan. Ya, kalau ada dua kan lebih bagus. Artinya, kalau yang satu tidak bisa berfungsi, kita masih punya yang satu lagi. Satu ada di Sumbar dan satu ada di Riau,’’ katanya saat dihubungi melalui telepon selulernya.(hpz)
RiauPos