Budaya Melayu pada kurikulum mendatang akan dimasukkan dalam mata pelajaran pendidikan di Riau.
Guna mengintegrasikan ide tersebut maka nantinya akan dibentuk sebuah tim untuk mengawal realisasinya sehingga para pelajar dapat mengetahui manuskrip kebudayaan Melayu Riau.
Hal tersebut menjadi pokok pertemuan dalam Iktiraf kesepahaman Memorandum of Understanding (MoU) tentang pendidikan adat dan budaya melayu di Provinsi Riau antara Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau dengan Dinas Pendidikan Riau yang berlangsung, Senin (4/2) di kantor LAM Riau, Jalan Diponegoro, Pekanbaru.
“Penerapan budaya Melayu di sekolah kegiatannya sudah dilakukan, namun sebagai legalisasinya baru sekarang kita sepakati. Mudah-mudahan tidak sebatas seremonial belaka, agar penerapannya benar-benar dapat dilakukan,” ujar Kadisdik Riau HM Wardan usai iktiraf kesepahaman tersebut.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut Ketua LAM Riau Al azhar, budayawan Riau yang juga Pembina LAM Riau Tenas Effendi, serta anggota DPD RI asal Riau, Maimanah Umar serta beberapa pengurus LAM Riau lainnya.
Lanjut Wardan, melalui kesepahaman tersebut maka di setiap mata pelajaran akan dikaitkan dengan unsur kebudayaan melayu.
“Seperti pada pelajaran bahasa Indonesia dimasukkan materi tentang kebudayaan melayu, dan mata pelajaran lainnya,” sambung Wardan yang juga menjabat Sekretaris LAM Riau.
Sementara itu Al azhar menambahkan dengan MoU tersebut maka diharapkan para siswa tidak melupakan dan menghilangkan arti penting sejarah negeri ini.
“Dengan legalnya kurikulum baru ini siswa akan diberi buku adat dan budaya Melayu dengan sejarah yang sebenarnya. Sehingga siswa dapat mengetahui sejarah dan budaya Melayu itu sendiri,” ungkapnya berharap.
Kesepahaman tersebut juga sebagai evaluasi terhadap penguasaan budaya melayu dari tingkat siswa.
Seperti penguasaan arab melayu yang memang sangat diperlukan. Demikian pula disampaikan budayawan Riau Tenas Effendi.
Ia menyambut baik hal tersebut dan bagaimanapun generasi muda kedepan perlu mengetahui sejarah panjang bangsa ini.
“Evaluasi terus harus dilakukan karena bagaimanapun perkembangan globalisasi perlu diikuti. Seperti perubahan-perubahan ejaan dan lainnya, sebab manuskrip kebudayaan melayu itu dalam bahasa arab melayu, jadi kalau ada di setiap lini mata pelajaran maka akan lebih mudah dikuasai,” bebernya.
RiauPos